
Foto : Kurt Cobain
Pandemi korona yang mewabah sejak akhir tahun 2019, membuat rakya dunia menderita kesengsaraan yang berkepanjangan. Imbas korona juga telah memukul bangsa Indonesia dari segala sektor. Tak pelak saya pun sangat merasakan dampak pandemi ini. Program work from home yang diterapkan pemerintah membuat saya banyak bekerja dari rumah dengan dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tupoksi jabatan saya sebagai penyuluh narkoba.
Sambil duduk di teras menikmati hujan dan musik, pikiran saya tiba-tiba melayang ke era 90’an dimana hidup terasa lebih bergairah karena darah muda saya. Saya teringat masa-masa dimana kongkow bersama teman-teman kuliah seperjuangan sambil genjrang-genjreng memainkan genre musik yang sedang hit pada saat itu alternative rock. Di saat Guns And Roses, Metallica, Helloween, Iron Maiden dan squad-nya yang mengusung aliran rock ballad, happy metal, heavy metal, glum rock dan terkadang memainkan melodi melankolis yang mendayu-dayu, saya memilih Grunge sebagai aliran musik saya saat itu.
Grunge yang digawangi oleh manusia terganteng di seantero bumi, menurut saya pada saat itu, Kurt Cobain yang merupakan pentolan dari grup band Nirvana membawa angin segar dengan menyajikan warna musik yang berbeda dari kebanyakan kalangan yang didominasi oleh aliran rock dengan lirik cinta serta sabetan gitar yang melankolis, sedangkan grunge (teriakan babi) menyajikan efek gitar distorsi dengan lirik lagu yang dianggap tidak terlalu penting oleh penciptanya, telah sukses mengubah warna musik dunia menjadi alternative rock dengan masterpice-nya “Smells Like Teen Spirit”.
Sayang segudang prestasi dan uforia kejayaan grup band Nirvana tidak sejalan dengan perjalanan hidup dari pentolan grup itu. Kurt Donald Cobain yang terlahir pada tanggal 20 Februari 1967 di Aberdeen, Washington, USA, masa kecilnya terbilang bahagia sampai dia mendapati kedua orang tuanya bercerai. Anak produk broken home yang tidak segera mendapat pertolongan akan menjadikannya pribadi yang rebel dan vandalism. Pada masa remaja Kurt terkenal bandel dan sering membuat masalah di sekolahnya hingga saat memasuki masa SMA dia terpaksa drop out. Hidupnya sangat tidak menentu dan nomaden. Dia mulai berkenalan dengan obat-obat terlarang, seperti morfin dan heroin, dan setelahnya hidupnya mulai tergantung dan kecanduan dengan barang tarkutuk itu. Namun talenta dan kesuksesan yang dimiliki berjalan seiring dengan bertambah buruknya kehidupan yang dijalani, apalagi setelah dia mengenal Courtney Love dan terpaksa menikah pada 24 Februari 1992 dikarenakan Courtney telah hamil anak mereka, Frances Bean Cobain.
Pada tanggal 8 April 1994, jenazah Cobain ditemukan di sebuah ruangan di atas garasi rumahnya di Lake Washington oleh pegawai Veca Electric bernama Gary Smith. Otopsi kemudian memperkirakan Cobain tewas pada 5 April 1994. Kurt sebelumnya melarikan diri dari panti rehabilitasi karena kecanduan dan kasus over dosis sampanye dan rohypnol. Dugaan yang beredar Kurt bunuh diri dengan menembakkan pistol pada kepalanya karena ditemukan surat wasiat yang ditujukan kepada seseorang bernama Boddah. Kata Kata Terakhir Kurt Cobain: “It’s better to burn out than to fade away”
( “Lebih baik padam daripada pudar”) menjadi sangat terkenal dan dikenang oleh para fans beratnya hingga sekarang. Lagu-lagu karyanya seperti Rape Me, Lithium, Heart Shaped-Boxed, About A Girl, come As You are dan masih banyak lagi lainya tetap enak untuk dinikmati walau sekarang saya terbilang sudah tidak muda lagi.
Lagi-lagi narkoba lah yang merenggut nyawa orang-orang dengan kemampuan yang dapat mempengaruhi wajah dunia. Saya berpikir bagaimana jika Kurt Cobain tidak pernah mengenal narkoba, tentunya bakat adalah anugrah dan kemungkinan besar dia akan lebih bersinar dan memilih untuk tidak padam.
Penulis: Riki Analiane (Penyuluh Narkoba BNN Kabupaten Purbalingga)
Literatur :
- Main Limit :Kata Kata Terakhir Kurt Cobain
- Wikipedia Ensiklopedia Bebas : Kurt Cobain