
Menjadi anak yang baik, shaleh shaleha adalah impian semua orang tua. Baik dalam segi karakter, ibadah, tata krama sopan santun dan menjadi pribadi yang rendah hati, karakter ini yang sudah semakin jarang kita temukan. Tidak mudah untuk mencapai itu semua, ada kalanya aral atau kerikil tajam menghalangi langkah kita dalam mencapai semua itu. Berbicara tentang kecerdasan spiritual, kita sedikit memalingkan muka kita ke kiblat, seraya duduk bersimpuh bermunajat pada Allah yang Maha sempurna ALLOHUAKBAR, demikian Kiblat yang utama adalah kedekatan kepada Dzat yang Maha Besar.
Pada umumnya manusia lebih mengutamakan tingkat IQ dibanding tingkat SQ, dikarenakan bahwa manusia yg memiliki IQ yang tinggi akan mengalami kesuksesan dalam kehidupan. keseimbangan antara IQ , EQ dan SQ dalam kehidupan sangat penting. Sesungguhnya masalah atau ujian yg diberikan oleh ALLAH kepada kita adalah untuk mengasah tingkat EQ kita, SQ adalah pembimbing dari IQ dan EQ.
Manusia memiliki SQ yang dibangkitkan dan dibawa sejak lahir. Kita tidak memiliki dan bisa keluar dari masalah apabila kita tidak memiliki kunci dari cara berfikir, maka dari itu IQ adalah ukuran kecerdasan manusia berdasarkan kemampuan merespon atau menganalisis berkomunikasi secara logika berdasarkan hal hal yang nyata. IQ harus diasah, contoh ilmu menjahit, ilmu hukum atau yang lainnya.
Dari IQ seseorang mengenal teman di sekolahnya, sekolah mengajarkan anak-anak untuk mengenal dunia luar antara lain pengenalan materi IPA, matematika, IPS mengenal dunia luar dan mengenal semua yang ada di dunia ini, akhirnya siswa mengenal sesuatu hal baru antara hal yang baik dan yang tidak baik. Pergaulan yang baik akan mempengaruhi alur perjalanan kita menuju kebaikan, tetapi sebaliknya apabila kita bertemu dengan pergaulan yang kurang baik menjerumuskan seseorang ke dalam hal hal negatif.
Peran orang tua menjadi barometer keberhasilan anak terkait dengan pola pergaulan pada masa generasi Z saat ini. Nah apa itu generasi Z..? Yaitu suatu generasi yang lahir pada tahun 1995-2010 dimana dihadapkan pada gempuran kecanggihan digital, yang dihadapkan pada satu kondisi dimana orang tua yang tidak atau kurang melek teknologi tentunya akan mengalami kesulitan dalam mengontrol anak-anaknya. Dengan kata lain orang tua memiliki peran yang sangat dominan di dalam pendampingan generasi Z.
Ayah adalah figur utama yang menunjang perilaku anaknya, seorang ayah akan ditiru dalam segala sikap, tingkahlaku serta bagaimana mempersembahkan bahasa kasih yang diperlukan oleh anak-anaknya. Anak-anak memiliki bahasa kasih berbeda satu dengan lainnya, oleh karenanya, ayah harus mampu mengajak anaknya untuk beribadah, menjadi imam di rumah, berkontribusi besar terhadap perkembangan kognitif, bahasa dan sosial anak, serta berkontribusi pada prestasi akademik, kepercayaan diri dan jati diri anaknya. Terutama pada anak laki-laki akan menjadikan ayah sebagai panutan untuk dirinya. Diharapakan sebuah keluarga menjadi lengkap apabila pendampingan orang tua sempurna, sosok ibu juga tidak kalah penting , beliau madrasah pertama bagi anaknya, dalam mendidik anak ibu sebagai pelindung anak-anaknya sejak lahir, anak sudah merasakan kehadiran seorang ibu ,sentuhan ibu, dan suara ibu yang semuanya membuat anak nyaman. Ibu selalu berinteraksi dengan anaknya yang merangsang kemampuan kognitif anak ada ikatan emosional dan keterikatan dengan anak.
Hubungan ibu dan anak yang terbentuk selama tahun-tahun awal akan mempengaruhi cara anak berperilaku dalam pengaturan sosial dan emosional. Jadi peran ayah dan ibu pada dasarnya mengajarkan ilmu agama, disiplin merangsang mental dan emosional, sebagai pelindung, panutan kesuksesan. Bagaimana dengan anak-anak yang notabenenya dihadapkan pada suatu keadaan yang sangat miris, yaitu orangtua yang mencari nafkah dan ibunya yang hanya mengasuh tanpa pendampingan ayah di dalam keluarganya. Ada beberapa anak yang hampir mengalami hal yang tidak diinginkan yaitu menyalahgunakan narkoba terutama bagi anak-anak yang kurang pendampingan maupun arahan dari orangtua serta ibadah yang tidak istiqomah.
Ada beberapa anak yang berdasarkan pengamatan pada sikap, perilaku serta tingkahlaku yang diamati oleh guru mapel ataupun guru BK terlihat kurang percaya diri. Disamping itu, gejala perubahan fisik juga mengalami perubahan seperti mata merah, sering berkeringat dan gelisah, yang kami indikasikan awal sebagai sebuah perilaku penyalahgunaan narkoba. Hal ini diperkuat dengan pengakuan jujur dari beberapa siswa tentang penyalahgunaan narkoba yang dialaminya. Tentunya, ini menjadikan kami untuk lebih serius menangani hal ini agar pola penyalahgunaan terhenti dan tidak menjalar kepada siswa lainnya. Kondisi ini menjadi sebuah keprihatinan mengingat lingkungan di sekitar sekolah merupakan penganut religi yang kuat, sehingga sudah menjadi keharusan perilaku siswa dan siswi kami pun menjunjung tinggi etika moral religiusitasnya
Nilai spiritual adalah modal utama untuk penanaman nilai karakter bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang diimplementasikan di sekolah ini melalui pembiasaan tadarus, shalat dhuhur dan shalat Jumat berjamaah. Diharapkan melalui pembiasaan tersebut dapat menjadi tameng bagi siswa didik sebagai salah satu upaya menuju Sekolah Bersinar, Bersih Narkoba dan berkarakter Pancasila sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Kurikulum Merdeka yang linier dengan peningkatan kualitas anak didik (IQ dan EQ), melalui pelibatan pendampingan pengawasan oleh orang tua dan bapak ibu guru selama proses belajar mengajar, karena bagaimanapun menuntut ilmu adalah tanggungjawab bersama. Dan upaya perang melawan narkoba pun tanggungjawab kita semua.